Salam Kawan!

Salam Kawan!

Semulia-mulia manusia ialah orang yang mempunyai adab yang merendah diri ketika berkedudukan tinggi, memaaf ketika berdaya membalas dan bersikap adil ketika kuat -Khalifah Abdul Malik Marwan

Berawal dari Sebuah Idealisme

Berawal dari Sebuah Idealisme

Tugas kependidikan

MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF MELALUI KELOMPOK KERJA SISWA DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI SEBAGAI MEDIA UNTUK MEMBANGUN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
(Studi Kasus di Kelas VIII SMP)


I.          Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Sebagai pembuka dalam tulisan ini, penulis mencoba memaparkan beberapa hasil penelitian dan survey mengenai kondisi anak didik di Indonesia terkait dengan kondisi kekinian. Beberapa hasil penelitian dan survey tersebut sebagai berikut:
a.          90% anak usia 8-16 tahun telah buka situs porno di internet. Rata-rata anak usia 11 tahun membuka situs porno untuk pertama kalinya. Bahkan banyak diantara mereka yang membuka situs porno di sela-sela mengerjakan pekerjaan rumah (Ketua Umum Badan Pengurus Nasional Asosiasi Warung Internet Indonesia, Irwin Day. 25 Juli 2008. Media Indonesia)‏
b.         Herien Puspitasari (Disertasi Doktor IPB), mempublikasikan hasil penelitiannya di Kompas Cyber Media 18/05/2006). Dalam penelitiannya yang dilaksanakan pada tahun 2002-2003, dengan menggunakan responden sejumlah 667 siswa (550 siswa Sekolah Negeri dan 117 siswa Sekolah Swasta), 540 putra dan 127 putri, semuanya berasal dari siswa kelas 2 SMA dan SMK di Bogor. Mendapatkan hasil yang mencengangkan: Dari 667 responden tersebut, tidak kurang 10 persen para responden sudah melakukan hubungan seks bebas.
c.          Masih dalam penelitian Herien Puspitasari Jumlah pengguna narkoba di lingkungan pelajar SD, SMP, dan SMA pada tahun 2006 mencapai 15.662 anak. Rinciannya, untuk tingkat SD sebanyak 1.793 anak, SMP sebanyak 3.543 anak, dan SMA sebanyak 10.326 anak. Dari data tersebut, yang paling mencengangkan adalah peningkatan jumlah pelajar SD pengguna narkoba. Pada tahun 2003, jumlahnya baru mencapai 949 anak, namun tiga tahun kemudian atau tahun 2006, jumlah itu meningkat tajam menjadi 1.793 anak.

Mencermati fakta di atas, siapa pun akan mengatakan hal yang ironis. Namun keberadaan ini tentunya menjadi sebuah bahan pemikiran untuk siapapun yang memiliki kepedulian, termasuk bagi orang-orang yang awarness terhadap dunia pendidikan.
Dihadapkan pada keberadaan perkembangan yang terus berlangsung hingga kini, dunia pendidikan sangat dinamis, selalu bergerak, selalu terjadi perubahan dan pembaharuan sehubungan dengan perekembangan. Terkait hal ini, sekolah sebagai salah satu elemen pendidikan, harus terus berpacu mencetak individu yang memiliki kemampuan beradaptasi dan berkompetisi serta memiliki dimensi etis-religiusitas yang memungkinkan manusia melewati tahap individualitas yang bergerak menuju cita-cita humanisme yang integral (dimensi karakter).
Pendidikan diartikan sebagai upaya untuk menciptakan manusia Indonesia yang seutuhnya sebagaimana tujuan pendidikan nasional  yang terkandung dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu :
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Terkait dengan keberadaan tujuan di atas, salah satu materi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, memahami karya sastra merupakan salah-satu bentuk kegiatan yang dapat membentuk apa yang telah menjadi tujuan pendidikan tersebut. Dalam kurikulum disebutkan bahwa tujuan pembelajaran sastra dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia antara lain adalah menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti/ moral, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Melalui apresiasi sastra, dimensi pendidikan budaya dan karakter yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual siswa dapat dilatih, serta dikembangkan. Siswa tak hanya terlatih untuk membaca saja, namun mampu mencari makna dan nilai-nilai dalam sebuah karya sastra karena sastra merupakan sebuah akumulasi dari berbagai persoalan yang muncul di masyarakat.
Pengajaran sastra memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi ideologis, fungsi kultural, dan fungsi praktis (Jabrohim, Ed., 1994). Fungsi ideologis, yang merupakan fungsi utama pengajaran sastra ialah sebagai salah satu sarana untuk pembinaan jiwa Pancasila. Fungsi kultural pengajaran sastra ialah memindahkan kebudayaan dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Fungsi praktis pengajaran sastra memiliki pengertian bahwa pengajaran sastra membekali bahan-bahan yang mungkin berguna bagi siswa untuk melanjutkan studi atau bekal terjun di tengah kancah masyarakat. Jauh sebelumnya, Rahmanto (1988:12) menyatakan bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu (1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta, rasa, dan karsa, serta (4) menunjang pembentukan watak.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan, menyuburkan, dan mengakarkan pendidikan karakter adalah mengoptimalkan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. Melalui pembelajaran apresiasi sastra yang optimal, siswa didik akan dibawa pada situasi pembelajaran yang memungkinkan mereka untuk menafsirkan, menilai, menemukan, dan mengkonstruksi materi ajar yang mereka terima sesuai dengan pengalaman belajar yang mereka temukan. Siswa didik tidak diperlakukan sebagai objek dan “tong sampah” ilmu pengetahuan yang hanya menerima suapan mentah dan kering dari sang guru, tetapi benar-benar otonom dan mandiri sebagai subjek didik yang memiliki kebebasan dalam bercurah pikir, berpendapat, berprakarsa, dan berinisiatif, sehingga talenta dan potensi mereka tidak terkebiri dan termarginalkan.
Salah satu materi pembelajaran apresiasi sastra yang penting dan strategis untuk menumbuhkembangkan pendidikan karakter adalah puisi. Melalui pembelajaran apresiasi puisi yang optimal, siswa didik secara tidak langsung akan mendapatkan nutrisi dan gizi batin yang akan mampu memberikan imbas positif terhadap perkembangan kepribadian dan karakter mereka. Dengan puisi, hati dan perasaan anak-anak akan terlibat secara intens ke dalam teks puisi yang mereka pelajari, sehingga kepekaan nurani mereka menjadi lebih tersentuh dan terasah. Dengan cara demikian, tanpa melalui pola instruksional dan indoktrinasi yang monoton dan membosankan, anak-anak secara tidak langsung akan belajar mengenal, memahami, dan menghayati berbagai macam nilai kehidupan, untuk selanjutnya mereka aplikasikan dalam ranah kehidupan nyata sehari-hari.
Persoalannya sekarang, bagaimana cara yang benar-benar signifikan untuk menjadikan pembelajaran apresiasi puisi sebagai media membangun budaya dan karakter siswa didik? Untuk menjawab ini penulis melaksanakan studi kasus pada SMP Pancakarsa Lembang, sehingga dalam tulisan ini penulis dapat menentukan model pembelajaran interaktif melalui kelompok kerja siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi, sebagai model yang penulis yakini dapat digunakan untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap puisi.

2.      Rumusan Masalah Penelitian
      Masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut:
a.       Bagaimanakah proses perencanaan model pembelajaran interaktif melalui kelompok kerja siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi?
b.      Bagaimanakah proses pelaksaan model pembelajaran interaktif melalui kelompok kerja siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi?
c.       Bagaimanakah implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran interaktif melalui kelompok kerja siswa?

3.      Tujuan Penelitian
  Tujuan penelitian ini adalah:
a.    Mendeskripsikan proses perencanaan penggunaan model pembelajaran interaktif melalui kelompok kerja siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi.
b.   Mendeskripsikan proses pelaksanaan penggunaan model pembelajaran interaktif melalui kelompok kerja siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi.
c.    Mendeskripsikan implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam penggunaan model pembelajaran interaktif melalui kelompok kerja siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi.

II.       Pembahasan
1.      Kerangka Teoritis
a.       Model Pembelajaran interaktif melalui kelompok kerja siswa
Keberhasilan pembelajaran memang sangat tergantung dari model pembelajarannya. Dalam hal ini, model pembelajaran, dipandang paling punya peran strategis dalam upaya meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar, terutama bahasa, dengan melihat kondisi kebutuhan siswa.
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Madusari, 2009:2).
Model pembelajaran interaktif melalui kelompok kerja siswa merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan proses kerjasama pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kelompok mengandung makna bahwa “suatu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan ada proses kerjasama antar anggota untuk mencapai tujuan pembelajaran” (Sagala, 2005:216).
Prinsip-prinsip metode pembelajaran kelompok kerja adalah:
1)         berpusat pada peserta didik;
2)         belajar berbasis pada pengalaman;
3)         kebutuhan belajar bersifat futuristik;
4)         tujuan dan norma (aturan main) disepakati bersama;
5)         pemberdayaan melalui dinamika kelompok (interaktif dan saling membelajarkan);
6)         partisipatif (kolaboratif dan konkruen);
7)         kegiatan belajar dilakukan bertahap dan berkesinambungan;
8)         pendidik berfungsi sebagai fasilitator, moderator dan motivator untuk mengatasi kelemahan metode ini.

Dasar  pengukuran untuk mendapatkan hasil belajar kelompok kerja, antara lain:
1)         pengukuran dilakukan kepada setiap anggota kelompok;
2)         catatan penampilan kerja (sebagai pedoman dalam penilaian akhir);
3)         ceklis : kemajuan belajar dan pencapaian hasil belajar;
4)         penilaian produk : tertulis dan barang jadi;
5)         tanya jawab lisan;
6)         tes kinerja.
b.      Pembelajaran Apresiasi Puisi
Dalam konteks pembelajaran, fungsi utama sastra menurut Tarigan adalah agar anak-anak (siswa) dapat memperoleh berbagai manfaat dan nilai, baik nilai intrinsik maupun nilai ekstrinsik dari pergaulannya dengan sastra. Nilai intrinsik yang dapat diperoleh, yaitu sastra dapat: 1) memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan; 2) memupuk dan mengembangkan imajinasi; 3) memberi pengalaman-pengalaman baru; 4) mengembangkan wawasan menjadi perilaku insani; 5) memperkenalkan kesemestaan pengalaman; dan 6) memberi harta warisan sastra dari generasi terdahulu. Sedangkan nilai ekstrinsik, yaitu sastra dapat berpengaruh terhadap: 1) perkembangan bahasa; 2) perkembangan kognitif; 3) perkembangan kepribadian; dan 4) perkembangan sosial (Tarigan, 1995:6)
Adapun tujuan pembelajaran sastra, yakni untuk kepentingan ilmu sastra dan untuk kepentingan pendidikan (Rusyana 1984:313), namun secara khusus tujuan pembelajaran sastra di sekolah menengah (SMA/MA/SMK) adalah untuk mencapai kemampuan apresiasi kreatif (Semi, 1993:153) berdasarkan pada pendapat tersebut, pembelajaran sastra pada umumnya akan berhadapan dengan dua kemungkinan yaitu pembelajaran teori sastra -termasuk sejarah sastra-, dan pembelajaran apresiasi sastra. Tampaknya kedua hal itu penting, hanya saja pada tingkat sekolah tekanannya harus pada apresiasi.
Terkait dengan keberadaan sastra untuk kepentingan pendidikan, puisi sebagai salah satu genre sastra memiliki ciri khas tertentu dari genre sastra lainnya. Dalam artian upaya memahaminya memerlukan waktu dengan tingkat apresiasi yang tinggi, namun walaupun begitu sebagai sebuah media pembentukan budaya dan karakter, penulis meyakini puisi memiliki konten yang signifikan.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran apresiasi puisi yang efektif, pemilihan bahan ajar menjadi faktor yang penting dan mutlak untuk diperhatikan. Artinya tidak semua puisi cocok digunakan sebagai bahan ajar di sekolah. pengajar perlu memperhatikan aspek kejiwaan, latar belakang budaya, dan tingkat kebahasaan siswa, sehingga siswa bisa terlibat secara intens dan emosional ke dalam teks puisi.


c.       Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, ahlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak (KBBI, 2003:444). Menurut Hermawan Kartajaya, karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu. Ciri khas ini pun yang diikat oleh orang lain tentang orang tersebut, dan menentukan suka-atau tidak sukanya mereka terhadap sang individu (Kartajaya 2010 : 1) .
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (Kemendiknas. 2010), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Menurut FW. Foerster (Kemendiknas, 2010) ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang. Ketiga, otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Karakter dalam diri setiap individu sangat dibutuhkan. Karakter dapat menggiring kita untuk senantiasa dapat beradaptasi secara signifikan, bahkan dapat menjadi agen of change dalam tataran pergaulan hidup yang bernilai dan strategis.
Proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama dan nilai-nilai moral. Terkait hal ini, Ratna Megawangi Founder Indonesia Heritage Foundation, mengemukakan tiga tahap pembentukan karakter, yaitu :
1)        Moral Knowing : Memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik
2)         Moral Feeling : Membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya.
3)         Moral Action : Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior

Terkait pembentukan siswa menuju pendidikan karakter ada enam nilai etik utama (core ethical values) dalam deklarasi Aspen yang disepakati untuk diajarkan dalam sistem pendidikan karakter di Amerika yang meliputi :
1)        Dapat dipercaya (trustworthy) meliputi sifat jujur (honesty) dan integritas (integrity),
2)        Memperlakukanoranglain denganhormat(treats people with respect),
3)        Bertanggungjawab (responsible),
4)        Adil (fair),
5)        Kasih sayang (caring) dan
6)        Warga negara yang baik (good citizen)

Adapun nilai etik yang dikemukakan oleh Departemen Pendidikan Indonesia terkait pendidikan karakter sebagai berikut:
Tabel 1
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

NILAI
DESKRIPSI
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan  tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari  sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama  hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan  yang tinggi terhadap bahasa,  lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.  Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

2.      Solusi
a.      Implementasi Pembelajaran Puisi
Seperti apa yang telah di tuliskan di atas, bahwa pembelajaran sastra, dalam hal ini adalah puisi akan berhadapan dengan dua kemungkinan yaitu pembelajaran teori sastra -termasuk sejarah sastra- dan pembelajaran apresiasi sastra. Kedua hal itu penting, namun pada tingkat sekolah tekanannya harus pada apresiasi.
Pada umumnya puisi memiliki karakter  yang berbeda dengan genre sastra lainnya, seperti cepen, novel dan lainnya. Puisi memiliki daya kalimat yang khas; mengandung irama, memiliki daya emosional, dan memiliki kualitas suasana yang sangat menyentuh dan mengandung imaji yang seolah ‘liar’ sehingga sulit untuk dimengerti secara langsung. Dengan keberadaan ini pola pembelajaran yang betul-betul apresiatif sangat mungkin dilakukan. Siswa hendaknya dibiarkan tenggelam pada dunia puisi yang sesungguhnya, sehingga mereka dapat merasaan tekanan-tekanan perasaan dan pikiran dari keberadaan puisi tersebut.
Ada dua hal yang perlu dilakukan dalam pembelajaran puisi, yaitu memahami dengan melakukan analisis terhadap unsur-unsur puisi dan membaca puisi dengan baik. Dari kedua pembelajaran tersebut siswa diharapkan akan mampu memaknai puisi tersebut dan dapat mengambil intisari yang ingin dikomunikasikan penulis puisi tersebut kepada pembaca (siswa).
Adapun unsur-unsur puisi[1] terdiri dari dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima), sementara dalam upaya pembacaan puisi yang baik terdiri dari aspek suara, intonasi/jeda, dan penghayatan.
Implementasi pelaksanaan pembelajaran puisi pada kenyataannya sangat kurang signifikan. Hal ini terbukti dengan hasil nilai yang di dapat oleh para siswa SMP Pancakarsa Lembang di bawah rata-rata. Hal ini dapat di lihat dari daftar nilai berikut:
Tabel 2
Daftar nilai membaca puisi
Siswa kelas VIII SMP Pancakarsa Lembang

NO
NAMA SISWA
ASPEK PENILAIAN
NILAI RATA-RATA
SUARA
INTONASI/JEDA
PENGHAYATAN
1.
AHMAD SURYA
60
65
60
62
2.
AKBAR GUNAWAN
65
65
65
65
3.
ANIS
70
60
65
65
4.
ARYO SUNARYA
60  
65
65
63
5.
ASEP HARIS
70
70
60
67
6.
BAGUS IRAWAN
60
70
60
63
7.
DEDEN RIDWAN
75
80
80
78
8.
DIDIN
80
70
80
78
9.
DIAN SOPIAN
65
60
65
63
10
DANI AHMADIAN
60
70
65
65
11
ENI HARYANI
80
65
60
72
12
ERFAN
75
60
60
65
13
EVI SURYANI
65
60
65
67
14
GIRI ARYADI
65
60
65
63
15
IDA HAFIDA
65
70
60
65
16
IAN ARDIAN
70
65
65
67
17
JERI SUKMA M.
65
70
60
65
18
JUNAIDI
65
75
65
67
19
JEJEN LESMANA
70
60
60
63
20
LUKMAN
75
70
70
72
21
LUSI ANDINI
65
60
60
62
22
MEGA FITRIANI
70
75
60
68
23
MIRA ANDINI
75
65
65
68
24
NINA NURAINI
60
70
60
63
25
OLAN SUKMA B.
65
65
65
65
26
RANGGA DIVA
60
80
70
70
27
ROHANA
70
80
65
72
28
ROHENDI
65
75
70
70
29
SAHRUL ADITIA
80
70
65
72
30
SIGIT ARIWIDODO
60
70
65
65
31
SOPIAN
65
70
65
67
32
SURYANA
70
70
65
68
33
SYAHRUL ABDI M.
65
70
60
67
34
SYAIFUL ANWAR
75
70
65
70
35
TATA ARDI B.
80
85
80
82
36.
TENEN ABDUL SYUKUR
70
70
65
68
37
TENI SURYANI
75
85
60
73
38
USMAN ANANDA
70
70
70
70
39
UDIA ARIANDA
85
60
70
72
40
VINA YUSAFINA
70
75
60
68
Kategori Penilaian:
80-90: A Baik
70-80: B Cukup
60-70: C Kurang
NO
KATEGORI
NILAI
FREKUENSI
FRESENTASE
1.
Baik
80-90
1
2.5 %
2.
Cukup
70-80
12
30 %
3.
Kurang
60-70
27
67 %
4.
Jumlah

40
100 %

Dari frekuensi data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa Kelas VIII SMP Pancakarsa Lembang kemampuan membaca puisinya masih rendah atau di bawah rata-rata.

b.      Implementasi Model Pembelajaran Interaktif Melalui Kelompok Kerja Siswa
Untuk memaksimalkan pelaksanaan pembelajaran tentunya guru harus mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Adapun kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari aspek sebagai berikut :
1)        Guru membuat persiapan mengajar yang sistematis.
2)        Proses belajar-mengajar menggunakan strategi dan metode yang variatif dan melibatkan banyak aktivitas pada siswa.
3)        Waktu selama proses belajar mengajar dimanfaatkan secara efektif
4)        Motivasi mengajar guru dan belajar siswa tinggi
5)        Hubungan interaktif antara guru siswa belangsung bagus dan harmonis.

Dari sejumlah poin aspek pembentuk kualitas proses pembelajaran di atas, terdapat strategi dan metode yang didalamnya terdapat model pembelajaran. Sehubungan dengan hal ini, model pembelajaran mempunyai peran strategis dalam upaya meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar, terutama apresiasi puisi, tentunya dengan melihat kondisi kebutuhan dan psikologis siswa. Terkait model ini guru harus senantiasa up to date.  Guru harus senantiasa mengetahui kekurangan atau kelemahan dan apa yang menjadi kendala ketika ia melaksanakan pembelajaran, sehingga dengan hal itu guru dapat mencari model pembelajaran yang tepat untuk dilaksanakan. Karena bagaimana pun setiap materi ajar tidak dapat dengan efektif dilakukan bila hanya dengan satu model saja.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pelaksanaan pembelajaran kelompok, terutama teknik dalam pembuatan kelompok, antara lain:
1)        Guru harus memberi penjelasan dan pemahaman kepada siswa mengenai tujuan utama belajar berkelompok, seperti belajar memahami orang lain, belajar menghargai orang lain, belajar berempati, belajar menolong orang lain.
2)        Pembentukan kelompok harus memperhatikan kedekatan, keharmonisan dan keakraban siswa. Ini penting sebab, jika siswa yang tergabung dalam kelompok berada dalam kondisi sedang bermusuhan maka akan mengganggu kekompakan tim.
3)        Setiap kelompok harus melakukan pembagian kerja sehingga semuanya bekerja, berusaha, berjuang untuk menyelesaikan tugas
4)        Untuk merangsang semangat siswa dan untuk meningkatkan kekompakan tim perlu diciptakan identitas tim misalnya yel-yel, nama kelompok, simbol-simbol kelompok.
5)        Tugas kelompok hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga setiap kelompok dapat melakukan pembagian kerja
6)        Kelompok sebaiknya dibentuk secara permanen misalnya dalam satu semester. Sebab jika setiap pertemuan kelompoknya berbeda-beda, secara emosional mereka harus saling beradaptasi kembali dengan sesama anggota kelompok.

Berikut ini adalah contoh Perencanaan Pembelajaran yang dipadukan dengan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah                                   :  SMP Pancakarsa Lembang
Mata Pelajaran                        :  Bahasa Indonesia
Kelas / Semester                      :  VIII (Delapan)/4 (enam)
Standar Kompetensi               :  - Memahami wacana sastra melalui kegiatan pembacaan  dan
      menganalisis unsur-unsur yang terkandung.
-  Memahami kegiatan membaca puisi
-  Memahami amanat dan budaya dan karakter yang terkandung
Kompetensi Dasar                   :  - Menerangkan apa yang dipahami mengenai isi yang terkandung
    dalam puisi melalui analisis unsur-unsur puisi.
-  Menerangkan bagaimana pembacaan puisi yang sesuai dengan intonasi, lafal, dan penghayatan
-  Memahami amanat dan budaya dan karakter yang terkandung
Indikator                                 :  - Siswa dapat menganalisis unsur-unsur puisi
-  Siswa dapat menganalisis mengenai bagaimana pembacaan puisi
Alokasi waktu                         :  2 / 40 menit

1.   Tujuan Pembelajaran
      a. Siswa dapat memahami puisi
       b. Siswa dapat membacakan puisi
b. Siswa dapat mengetahui pesan yang muncul terkait budaya dan karakter bangsa.
2.   Materi  Pembelajaran
      a. Mengapresiasi puisi
 b. Menganalisis unsur-unsur puisi dan pembacaan puisi.
3.    Metode Pembelajaran
        a. Inkuiri
      b. Diskusi interaktif
4.   Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
Nama teknik         : Model Pembelajaran Interaktif Melalui Kelompok Kerja Siswa
Sasaran                 : Peserta Didik Kelas VIII
Waktu                   : 2 jam pelajaran
Keterampilan        : Pembelajaran Apresiasi Puisi
Langkah-langkah :
a.     Kegiatan Awal
1.      Guru mengordinasikan kelas/ penguasaan kelas
2.      Guru menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada siswa mengenai tujuan utama belajar berkelompok, seperti belajar memahami orang lain, belajar menghargai orang lain, belajar berempati, belajar menolong orang lain.
3.      Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok yang beranggotakan 4 hingga 5 peserta didik atau tergantung besarnya jumlah peserta didik di kelas. Adapun pembentukan kelompok harus memperhatikan kedekatan, keharmonisan dan keakraban siswa. Ini penting sebab, jika siswa yang tergabung dalam kelompok berada dalam kondisi sedang bermusuhan maka akan mengganggu kekompakan tim.
4.      Guru mengintruksikan agar setiap kelompok harus melakukan pembagian kerja sehingga semuanya bekerja, berusaha, berjuang untuk menyelesaikan tugas.
5.      Guru berupaya untuk merangsang semangat siswa dan meningkatkan kekompakan kelompok dengan diciptakan identitas kelompok misalnya yel-yel, nama kelompok, simbol-simbol kelompok.
6.      Guru membagi dan mendesain tugas kelompok dengan sedemikian rupa sehingga setiap kelompok dapat melakukan pembagian kerja.
b.     Kegiatan Inti
1.      Guru memberikan sebuah puisi yang sesuai dengan kebutuhan dan psikologis siswa, artinya guru memberikan puisi yang memang memiliki kekuatan untuk mengeksplorasi karakter anak.
2.      Salah satu siswa dari tiap kelompok membacakan puisi tersebut.
3.      Siswa menanggapi pembacaan tersebut dengan melihat, nada, lafal, tekanan, intonasi, jeda dan pemenggalan kata.
4.      Siswa menganalisis unsur-unsur puisi, antara lain: majas, irama, kata-kata konotasi, kata-kata bermakna lambang dan amanat yang tersirat.
5.      Perwakilan siswa dari tiap kelompok melaporkan hasil analisisnya
6.      Kelompok lain menanggapi apa yang telah disampaikan oleh kelompok lain.
c.     Kegiatan Akhir
1.      Siswa dan guru melakukan refleksi
2.      Siswa diberi tugas mengorelasikan nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang terdapat dalam puisi dan mengimplementasikannya pada kehidupan nyata

Puisi yang diberikan kepada siswa untuk dipresiasi

Kepompong Itu

kepompong yang tergantung di daun jambu itu mendengar kutukmu yang kacau terhadap hawa lembab ketika kau menutup jendela waktu hari hujan
kepompong itu juga mendengar rohmu yang bermimpi dan meninggalkan tubuhmu: melepaskan diri lewat celah pintu, melayang di udara dingin sambil bernyanyi dengan suara bening dan bermuatan bau bunga
dan kepompong itu hanya bisa menggerak-gerakkan tubuhnya ke kanan-kiri, belum saatnya ia menjelma kupu-kupu; dan, kau tahu , ia tak berhak bermimpi
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
5.   Soal / instrumen               
      a.  Analisislah puisi Kepompong itu berdasarkan unsur-unsur struktur yang membentuknya (struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima))!
b. Baca di depan kelas puisi Kepompong itu dengan memperhatikan suara, intonasi/jeda, dan penghayatan!
c. Tunjukkan arti/ amanat tersirat yang terdapat pada puisi Kepompong itu yang mengandung nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa!
     
6.   Pedoman penilaian tes tulis
Kegiatan
Skor
Siswa menganalisis unsur-unsur puisi
2
Siswa membaca puisi dengan memperhatikan suara, intonasi/ jeda dan penghayatan
2
     
      Pedoman Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Kegiatan
Skor
Dari pelaksanaan kelompok siswa dinilai aspek Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Bersahabat/Komuniktif, dan Tanggung-jawab.
5
Siswa mencari makna puisi yang sesuai dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa
6

      Pedoman skor :     Perolehan skor siswa   x Skor ideal (10) =   nilai
                                   Skor maksimal (20)



DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Mukhsin. 1980. Peranan Sastrawan dalam Apresiasi Sastra dalam Bahasa dan Sastra Th. VI, Nomor 6. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Balfas, Anwar. 2008. Mengembangkan Kemampuan Literasi Dan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Sastra Berbasis Konteks Jurnal linguistika Vol. 15, No. 29, September 2008.
Djohar As’ari. 2007. Metode Pembelajaran Kelompok. Disampaikan dalam Seminar Pendidikan Bahasa.
Effendi, S. 1974. Bimbingan Apresiasi Puisi. Ende Flores: Nusa Indah.
Febru, Erna Aries S. 2008. Metode Penelitian Studi Kasus http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/metode-penelitian-studi-kasus/
Kartajaya, Hermawan, 2010, Grow With Character (The Model), Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Kemendiknas. 2010. Metodologi Pembelajaran. Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Bahasa, Jakarta.
Nurgiyantoro, Burhan, 2001. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE
Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang.
________. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.
Semi, M. Atar. 1993. Rancangan PembelajaranBahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.
Soeharianto, S. 1976. "Peranan Puisi dalam Kehidupan Kita" dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Th. I, Nomor 6. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Tarigan, H.G. 1995. Dasar- dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.



[1] Unsur-unsur puisi berdasarkan dari pendapat-pendapat dari para pakar dibawah ini:
 (1)   Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.
(2)   Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
(3)   Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.
(4)   Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.
(5)   Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (Badrun, 1989:6).